Rabu, 10 November 2010

mengenal desa Ku Desa Todahe

MENGENAL DESA TODAHE
A.   Asal Mula Nama Desa Todahe
Desa Todahe  adalah  sebuah desa kecil yang pemandangannya sangat indah. Dihiasi gunung bukit dan pantai
yang  indah  permai.  Desa  yang  berada  dikecamatan Sahu,  kabupaten Halmahera Barat,  propinsi Maluku Utara  iniawalnya  disebut Desa Dere  yang  berarti  tanjung. Di  sebut Dere  karena   desa ini terletek di Dere (tanjung).  Desa Todahe  yang  awalnya  disebut  Dere  ini,  adalah  merupakan  pusat  saling  membunuh.  Pembunuhan  terjadi  karena adanya  persaingan      ilmu  hitam. Mereka  berperang  dengan mengandalkan  ilmu  hitam  atau yang disebut kekuatan gaib. Selain  itu,  pembunuhan  terjadi  juga  karena  adanya  cemburu  sosial  dari  penduduk  setempat terhadap orang - orang yang datang didesa itu (pendatang) dan karena adanya perebutan salah satu pantai dari dua pantai yang ada di desa Todahe, serta adanya perebutan kekuasaan. Desa Todahe adalah sebuah desa kecil yang diapit oleh dua buah pantai yang sangat indah, yang masing-masing adalah disebelah selatan namanya Widar (keladi) dan disebelah utara namanya Dudadus (tempat perteduhan). Dipantai inilah selalu terjadi peperangan atau pembunuhan, karena dipantai itu sangat teduh tidak perna terjadi gelombang pasang, dan terlindung dari panasnya sinar mata hari, sehingga setiap musim  ombak  banyak  kapal  yang masuk  dipantai  itu  untuk  berteduh. Dan  disaat  itulah  para  penduduk  setempet malai  melakukan  pembunuhan. Para penumpangnya dibunuh sedangkan kapalnya ditenggelamkan. Sekalipun  dipantai  itu  selalu  terjadi  tragedih  penumpahan darah,  tidak ada suara tangis atau kesedihan karena banyak saudara,anak dan orang tua mereka yang korban, tetapi malahan tempat itu justru menjadi pusat keramayan. 
   Saling membunuh bagi orang Todahe, merupakan hal yang  biasa-biasa saja. Tidak ada Undang-Undang yang dapat mengatur  tentang  kesemuanya  itu.  Setiap  kali  mereka  berhasil  penggalkan  kepala  lawan  atau  memotong  kepala lawan, mereka selalu teriak dengan keras Toni dahe (aku berhasil penggalkan kepala musuh). Istilah tonih dahe terusberkembang dan pada akhirnya pantai itu diistilahkan toni-dahe (aku dapt). Dan akhirnya desa yang awalnya disebut Dere,  dijuluki dengan istila “toni-dahe”, dan kemudian sesuai dengan kesepakatan penduduk setempat, nama desa harus  beruba menjadi  desa  sesuai  julukan  banyak  orang,  yaitu  Toni-dahe  dan  kemudian menjadi Todahe. Alasan yang mendukung  tentang mengapa  desa  itu  disebut Todahe,  juga  karena  didesa itu ada sebua pantai yang indah (dada’dus) dan menjadi perebutan banyak orang pada saat itu, termasuk para penguasa. Dan ada satu  orang kapitan yang  namanya  kapitan Dahe  dialah  yang dianggap terkemuka menemukan pantai itu, menyampaikan pesan kepada penduduk setempat  dalam bahasa Ternate “ngohi todahe” (aku yang dapat). Dari nama kapitan itu (Dahe) dengan ucapannya ngohi todahe, maka  desa yang awalnya bernama Dere, kini  berubah menjadi  Todahe (aku dapat). Setelah  desa  Todahe  tebentuk,  diangkatlah  seorang  yang  akan memimpin  desa mereka,  yang  bernama  Waja Ceka. Dialah yang menjadi  kepala desa pertama desa Todahe.


B.  Asal Mula Penduduk Desa Todahe.
Penduduk desa Todahe berasal dari campuran orang balisoan dan orang sanana (sula patsei) peperangan dan
pembunuhan merupakan  kebiasaan orang  sahu pada saat itu. Suatu saat orang sahu mendengar ada pertempuran di
Sanana/Sula Patsei. Orang  Sanana  juga merupan  salah satu penduduk di Halmahera yang mempunyai kehebatan
dalam  ilmu  hitam. Alasan  inilah  yang mendukung  semangatnya  orang  sahu  untuk pergi berperang di  Sula Patsei.
Selain  karena  kebiasaannya  berperang  juga  karena  mereka  ingin  mengaduhkan  ilmu  hitam mereka  dengan  orang
Sanana/sula  Patsei.  Keberangkatan  orang  sahu  untuk  berperang  melawan  orang  Sanana/Sula  Patsei  dengan
menggunakan sebua perahu layar yang dipimpin oleh Lewi seorang lelaki yang gaga perkasa asal dari desa Balisoan,
salah  satu  desa  yang  berada  di  sahu  sebelum  terbentuknya  desa  Todahe.   Orang  sahu  selalu  menang  dalam
pertempuran  dan  persaingan  ilmu  hitam.  Orang  Sula  Patsei  mengalami  kekalahan  dalam  pertempuran  melawan
orang  sahu  pada  waktu  itu.  Selesai  berperang,  pasukan  sahu  mempersiakan  diri  untuk  pulang. Sebelum mereka
pulang,  mereka  semua  berkumpul  diperahu  mereka  untuk  membicarakan  rencana  mereka  selanjutnya.  Dalam
perbincangan  tersebut,  tiba-tiba muncullah  dari  jauh pandangan mereka dua anak kakak beradik yang kedua orang
tuanya  terbunuh  dalam  pertempuran  itu. Kedua  anak  itu      diperkirakan  berusia  9-12 tahun. Orang sahu mendekati dua  anak  itu  dengan  maksud  untuk  membunuh  mereka. Tetapi  kedua  anak  itu menangis  dan  bermohon  “jangan
bunuh  kami,  tetapi  bawalah  kami  kekampungmu,  maka  kami  akan  mengikuti  kalian”.  Orang  sahu  mengabuli
permintaan  kudua  anak  itu.  Kedua  anak  itu  dibawa  oleh  orang  sahu  dan  bersama-sama  didalam  perahu. Dalam
perjalanan, orang sahu mengalami kelaparan. Ahirnya mereka singga di sebuah pantai untuk masak makanan. Disaat
itu  karena  tidak  ada  air  untuk  di  minum,  kedua  kakak  beradik  ini  diperintah  untuk  mencari  air.  Hal  ini  menjadi
kesempatan  bagi  si  adik  untuk  melarikan  diri,  tetapi  sang  kakak  tetap  melakukan  tugasnya  dan  kembali  dengan
membawa  air.  Kehilangan  sang  adik  tidak  dipersoalkan  oleh  orang  sahu,  sehingga  hanya  sang  kakaklah  yang
dibawa.  Anak  itu  dilatih  untuk  berperang.  Setelah  ia  dewasa  dan  bertamba  hebat,  dia  diberi  kepercayaan  untuk
memimpin  orang  sahu  untuk  berperang  dengan  jaminan  apabila  ia  menang  atau  berhasil  dalam memimpin  orang
sahu  untuk  berperang,  maka  ia  akan  dinikahkan  dengan  putri  kepala  desa  yang  sangat  cantik.  Namanya Cello,
sedang  dia  sendiri  namanya Loto. Loto  ternyata  berhasil  dalam memimpin  orang sahu untuk be rperang. Kini Loto
dinikahkan  dengan  putri  kepala  desa  sesui  dengan  perjanjian.  Setelah  mereka  menika,  pemimpin  desa  balisoan
memberikan  kuasa  untuk memilih  tempat mana yang paling pas/cocok untuk menetap, dan kedua orang ini memilih daerah disebelah barat sahu, yaitu Dere (tanjung) yang kemudian berubah menjadi  desa Todahe.

C.  Kehidupan Orang  Todahe pada  Waktu itu 

Sekalipun  pertempuran  dan  pembunuhan merupakan kebiasaan  orang  Todahe  pada waktu itu, tetapi pada saat  itu  sekalipun  tidak  ada  agama  yang  dapat mengatur  tingka  laku,  tetapi  penduduk  desa Todahepada  saat  itu  hidup  rukun  antar  sesama  kecuali dengan  para  pendatang,  karena  semua  pendatangdianggap  musuh.  Antar  sesama  mereka  tidak  saling membenci,  tetapi  mereka  saling  membantu.  Tidak ada orang miskin didesa itu dan tidak ada orang kaya. sesuatu  yang  ingin  mereka  kerjakan,  selaludikerjakan  bersama  dan  biasanya  hasil  pekerjaan  dibagi dengan orang yang ikut bekerja bersama-sama,ada  yang  membuat  kelompok  kerja  yang  terdiri  dari 10  sampai  30  orang.  Sehingga  mereka  tidak mengalami  kesulitan  dalam  mencari  nafka.  Matapencarian desa Todahe sebagian besar  adalah bertani, dan  ada  beberapa  kelompok  yang memilih  pekerjaansebagai nelayan. Bentuk dan posis  desa Todahe, jikadi  gambarkan  akan  terlihat  seperti sebuah kapal laut.
 


 



1 komentar: