MENGENAL DESA TODAHE
A. Asal Mula Nama Desa Todahe
Desa Todahe adalah sebuah desa kecil yang pemandangannya sangat indah. Dihiasi gunung bukit dan pantai
yang indah permai. Desa yang berada dikecamatan Sahu, kabupaten Halmahera Barat, propinsi Maluku Utara iniawalnya disebut Desa Dere yang berarti tanjung. Di sebut Dere karena desa ini terletek di Dere (tanjung). Desa Todahe yang awalnya disebut Dere ini, adalah merupakan pusat saling membunuh. Pembunuhan terjadi karena adanya persaingan ilmu hitam. Mereka berperang dengan mengandalkan ilmu hitam atau yang disebut kekuatan gaib. Selain itu, pembunuhan terjadi juga karena adanya cemburu sosial dari penduduk setempat terhadap orang - orang yang datang didesa itu (pendatang) dan karena adanya perebutan salah satu pantai dari dua pantai yang ada di desa Todahe, serta adanya perebutan kekuasaan. Desa Todahe adalah sebuah desa kecil yang diapit oleh dua buah pantai yang sangat indah, yang masing-masing adalah disebelah selatan namanya Widar (keladi) dan disebelah utara namanya Dudadus (tempat perteduhan). Dipantai inilah selalu terjadi peperangan atau pembunuhan, karena dipantai itu sangat teduh tidak perna terjadi gelombang pasang, dan terlindung dari panasnya sinar mata hari, sehingga setiap musim ombak banyak kapal yang masuk dipantai itu untuk berteduh. Dan disaat itulah para penduduk setempet malai melakukan pembunuhan. Para penumpangnya dibunuh sedangkan kapalnya ditenggelamkan. Sekalipun dipantai itu selalu terjadi tragedih penumpahan darah, tidak ada suara tangis atau kesedihan karena banyak saudara,anak dan orang tua mereka yang korban, tetapi malahan tempat itu justru menjadi pusat keramayan.
Saling membunuh bagi orang Todahe, merupakan hal yang biasa-biasa saja. Tidak ada Undang-Undang yang dapat mengatur tentang kesemuanya itu. Setiap kali mereka berhasil penggalkan kepala lawan atau memotong kepala lawan, mereka selalu teriak dengan keras Toni dahe (aku berhasil penggalkan kepala musuh). Istilah tonih dahe terusberkembang dan pada akhirnya pantai itu diistilahkan toni-dahe (aku dapt). Dan akhirnya desa yang awalnya disebut Dere, dijuluki dengan istila “toni-dahe”, dan kemudian sesuai dengan kesepakatan penduduk setempat, nama desa harus beruba menjadi desa sesuai julukan banyak orang, yaitu Toni-dahe dan kemudian menjadi Todahe. Alasan yang mendukung tentang mengapa desa itu disebut Todahe, juga karena didesa itu ada sebua pantai yang indah (dada’dus) dan menjadi perebutan banyak orang pada saat itu, termasuk para penguasa. Dan ada satu orang kapitan yang namanya kapitan Dahe dialah yang dianggap terkemuka menemukan pantai itu, menyampaikan pesan kepada penduduk setempat dalam bahasa Ternate “ngohi todahe” (aku yang dapat). Dari nama kapitan itu (Dahe) dengan ucapannya ngohi todahe, maka desa yang awalnya bernama Dere, kini berubah menjadi Todahe (aku dapat). Setelah desa Todahe tebentuk, diangkatlah seorang yang akan memimpin desa mereka, yang bernama Waja Ceka. Dialah yang menjadi kepala desa pertama desa Todahe.
B. Asal Mula Penduduk Desa Todahe.
Penduduk desa Todahe berasal dari campuran orang balisoan dan orang sanana (sula patsei) peperangan dan
pembunuhan merupakan kebiasaan orang sahu pada saat itu. Suatu saat orang sahu mendengar ada pertempuran di
Sanana/Sula Patsei. Orang Sanana juga merupan salah satu penduduk di Halmahera yang mempunyai kehebatan
dalam ilmu hitam. Alasan inilah yang mendukung semangatnya orang sahu untuk pergi berperang di Sula Patsei.
Selain karena kebiasaannya berperang juga karena mereka ingin mengaduhkan ilmu hitam mereka dengan orang
Sanana/sula Patsei. Keberangkatan orang sahu untuk berperang melawan orang Sanana/Sula Patsei dengan
menggunakan sebua perahu layar yang dipimpin oleh Lewi seorang lelaki yang gaga perkasa asal dari desa Balisoan,
salah satu desa yang berada di sahu sebelum terbentuknya desa Todahe. Orang sahu selalu menang dalam
pertempuran dan persaingan ilmu hitam. Orang Sula Patsei mengalami kekalahan dalam pertempuran melawan
orang sahu pada waktu itu. Selesai berperang, pasukan sahu mempersiakan diri untuk pulang. Sebelum mereka
pulang, mereka semua berkumpul diperahu mereka untuk membicarakan rencana mereka selanjutnya. Dalam
perbincangan tersebut, tiba-tiba muncullah dari jauh pandangan mereka dua anak kakak beradik yang kedua orang
tuanya terbunuh dalam pertempuran itu. Kedua anak itu diperkirakan berusia 9-12 tahun. Orang sahu mendekati dua anak itu dengan maksud untuk membunuh mereka. Tetapi kedua anak itu menangis dan bermohon “jangan
bunuh kami, tetapi bawalah kami kekampungmu, maka kami akan mengikuti kalian”. Orang sahu mengabuli
permintaan kudua anak itu. Kedua anak itu dibawa oleh orang sahu dan bersama-sama didalam perahu. Dalam
perjalanan, orang sahu mengalami kelaparan. Ahirnya mereka singga di sebuah pantai untuk masak makanan. Disaat
itu karena tidak ada air untuk di minum, kedua kakak beradik ini diperintah untuk mencari air. Hal ini menjadi
kesempatan bagi si adik untuk melarikan diri, tetapi sang kakak tetap melakukan tugasnya dan kembali dengan
membawa air. Kehilangan sang adik tidak dipersoalkan oleh orang sahu, sehingga hanya sang kakaklah yang
dibawa. Anak itu dilatih untuk berperang. Setelah ia dewasa dan bertamba hebat, dia diberi kepercayaan untuk
memimpin orang sahu untuk berperang dengan jaminan apabila ia menang atau berhasil dalam memimpin orang
sahu untuk berperang, maka ia akan dinikahkan dengan putri kepala desa yang sangat cantik. Namanya Cello,
sedang dia sendiri namanya Loto. Loto ternyata berhasil dalam memimpin orang sahu untuk be rperang. Kini Loto
dinikahkan dengan putri kepala desa sesui dengan perjanjian. Setelah mereka menika, pemimpin desa balisoan
memberikan kuasa untuk memilih tempat mana yang paling pas/cocok untuk menetap, dan kedua orang ini memilih daerah disebelah barat sahu, yaitu Dere (tanjung) yang kemudian berubah menjadi desa Todahe.
C. Kehidupan Orang Todahe pada Waktu itu
Sekalipun pertempuran dan pembunuhan merupakan kebiasaan orang Todahe pada waktu itu, tetapi pada saat itu sekalipun tidak ada agama yang dapat mengatur tingka laku, tetapi penduduk desa Todahepada saat itu hidup rukun antar sesama kecuali dengan para pendatang, karena semua pendatangdianggap musuh. Antar sesama mereka tidak saling membenci, tetapi mereka saling membantu. Tidak ada orang miskin didesa itu dan tidak ada orang kaya. sesuatu yang ingin mereka kerjakan, selaludikerjakan bersama dan biasanya hasil pekerjaan dibagi dengan orang yang ikut bekerja bersama-sama,ada yang membuat kelompok kerja yang terdiri dari 10 sampai 30 orang. Sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari nafka. Matapencarian desa Todahe sebagian besar adalah bertani, dan ada beberapa kelompok yang memilih pekerjaansebagai nelayan. Bentuk dan posis desa Todahe, jikadi gambarkan akan terlihat seperti sebuah kapal laut.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus