Minggu, 27 Maret 2011

permainan dalam komunikasi antar pribadi


KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

o not be Turned (Jangan membelakangi)
Pendahuluan
Jenis permainan ini adalah jenis permainan yang mengajarkan kita bagaimana berkomunikasi antar pribadi yang baik dan sopan . Dan menjelaskan bahwa dalam berkomunikasi, komunikan diharapkan untuk tidak membelakangi komunikator, begitu pula sebaliknya, komunikator tidak bisa membelakangi kemunikan.
Cobalah kita bayangkan jika dalam komunikasi baik komunikan maupun komunikator saling membelakangi. Apa yang akan terjadi. Untuk mengetahui jawaban tersebut, marilah kita mempraktekkan permainan berikut ini.
Langka awal dalam Permainan
a.       Bentuklah dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri 2-4 orang.
b.      Masing-masing kelompok akan diberikan alat dan bahan permainan oleh fasilitator
c.       Alat dan bahan diantaranya adalah 2 kotak kecil dan beberapa  benda (kelereng/bisa benda lain)
d.      Kotak yang petama diberikan adalah kotak yang dalam keadaan tertutup
e.       Setelah kotak diberikan, kelompok diminta untuk memasukan benda (kelereng) kedalam kotak tersebut dengan cara menjatuhkan benda (kelereng) ke arah kotak yang sedang tertutup tanpa membuka penutupnya dan atau membalik kotak.
f.       Setelah itu, fasilitator akan memeriksa kelompok mana yang berhasil memasukan benda (kelereng) kedalam kotak tersebut
Langka kedua
g.      Selanjutnya, setiap kelompok akan diberikan lagi kotang kedua, yaitu kotak yang dalam keadaan terbuka.
h.      Setelah kotak diberikan, kelompok akan diminta melakukan hal yang sama pada kotak kedua, yaitu menjatukan benda (kelereng) dari atas ke arah kotak tersebut.
Langka ketiga
i.        Setelah kedua permainan tersebut selesai, kelompok akan diminta untuk membandingkan tingkat kesulitan dalam memasukan benda tersebut kedalam kotak.
j.        Fasilitator akan menjelaskan apa maksud dari permainan ini.


Catatan
k.      Kotak yang tertutup menunjukan bahwa dalam komunikasi baik komunikator maupun komunikan saling membelakangi, sehingga menyebabkan
-          Komunikan kehilangan konsentrasi ( pesan yang diberikan tidak dapat diteriman dengan baik
-          Komunikator akan meresa bahwa apa yang dibicarakan/dikomunikasikan, tidak didengar oleh komunikan, sehingga pesan yang diberikan akan sia-sia
-          Terkesan tidak ada sopan santun dalam menjalin hubungan komunikasi
l.        Kotak yang terbuka menunjukan bahwa dalam komunikasi baik komunikator maupun komunikan saling berhadapan, sehingga pesan yang diberikan oleh komunikator, dapat diterima dan  dimengerti dengan baik. Sehingga terjalin hubungan komunikasi antara komunikan dengan komunikator yang baik. 

lampiran gambar 

 



Jumat, 25 Maret 2011

IKLIM dan Budaya ORGANISASI

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pekembangannya, pertama kali Budaya Organisasi dikenal di Amerika dan Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein seorang Profesor Manajemen dari Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology dan juga seorang Ketua kelompok Studi Organisasi 1972-1981, serta Konsultan Budaya Organisai pada berbagai perusahaan di Amerika dan Eropa. 
Di Indonesia Budaya Organisai mulai dikenal pada tahun 80 - 90-an, saat banyak dibicarakan tentang konflik budaya, bagaimana mempertahankan Budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru.
Bersamaan dengan itu para akademisi mulai mengkajinya dan memasukkannya ke dalam kurikulum berbagai pendidikan formal dan infomal. Salah satu pakar yang cukup gigih mengembangkan “Budaya Organisasi” adalah Prof Dr. Taliziduhu Ndraha, seorang pakar Ilmu Pemerintahan.
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus  pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu set karateristik atau sifat organisasi.

B.     Konsep yang akan dibahas

Ø   Pengertian Budaya dan Budaya Organisasi
Ø   Pengertian iklim dan Iklim Organisasi
Ø  Pengertia Organisasi
Ø  Aspek aspek dan factor-faktor penyebab, serta
Ø   Keterkaitan  antara Iklim Organisasi dan Budaya Organisasi




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Budaya
Budaya dalam suatu organisasi pada hakekatnya mengarah pada perilaku-perilaku yang dianggap tepat, mengikat dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya dan mengerahkan pada upaya mencari penyelesaian dalam situasi yang ambigu (Turner,   1994). Pengertian ini memberi dasar pemikiran bahwa  setiap individu yang terlibat di dalamnya akan bersama-sama berusaha menciptakan kondisi kerja yang ideal agar tercipta suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang diharapkan.
Pandangan para Ahli tentang Budaya  
Ø   Deal dan Kennedy (1982) mengatakan bahwa budaya pada hakekatnya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia yang mencakup pikiran, ucapan, tindakan, artifak-artifak dan bergantung pada kapasitas manusia untuk belajar dan mentransmigrasikannya bagi keberhasilan generasi yang ada. Dari pengertian ini dapat ditangkap bahwa budaya organisasi tidak bisa begitu saja ditangkap dan dilihat oleh orang luar, namun dapat dipahami dan dirasakan melalui perilaku-perilaku anggotanya serta nilai-nilai yang mereka anut.

Ø  Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi mengemukakan pendapat Edward Burnett dan Vijay Sathe, sebagai berikut :

Ø  Edward Burnett Culture or civilization, take in its wide technografhic sense, is that complex whole which includes knowledge, bilief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by men as a member of society. Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggoa masyarakat.

Ø  Vijay Sathe Culture is the set of important assumption (opten unstated) that members of a community share in common. (Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat).

Ø  Edgar H. Schein : Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-masalah tersebut.




B.      ORGANISASI
Gibson, Ivancevich dan Donelly (1996:6) mengemukakan bahwa suatu organisasi adalah suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai suatu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran tertentu. Sejalan dengan itu Dimock (dalam Supriatna, 2000:13) mengemukakan bahwa organisasi adalah kerangka kerja dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungannya sebagai akit dari komunikasi dan kerjasama, peranan, pengaturan metode-metode koordinasi pada tingkat pimpinan.
Menurut J.R.Schermerhorn Organisasi adalah kumpulan orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
Menurut Philiph Selznick Organisasi adalah pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab.
Unsure-unsur Organisasi

1.      Kumpulan orang
2.      Kerjasama
3.      Tujuan bersama
4.      Sistem Koordinasi
5.      Pembagian tugas adntanggung jawab
6.      Sumber Daya Organisasi


C.     BUDAYA ORGANISASI
Budaya Organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
Pandangan para Ahli tentang Budaya Organisasi
Ø  Peter F. Drucker: Budaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait sepeti di atas.

Ø  Phithi Sithi Amnuai: Budaya Organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-angota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah-masalah integrasi internal.

Ø  Edgar H. Schein: Budaya Organisasi mengacu ke suatu system makna bersama, dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain.

Ø  Daniel R. Denison Budaya: Organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi system dan praktek-praktek manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan perinsip-perinsip tersebut.

Ø  Robbins: Budaya Organisasi dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah. Lebih lanjut Robbins (2001) menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.
Berdasarkan berbagai uaraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Budaya Organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat dipelajari, dapat diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus.

Unsur-unsur Budaya Organisasi

1.      Asumsi dasar
2.      Seperangkat nilai dan Keyakinan yang dianut
3.      Pemimpin
4.      Pedoman mengatasi masalah
5.      Berbagai nilai
6.      Pewarisan
7.      Acuan prilaku
8.      Citra dan Brand yang khas
9.      Adaptasi



D.     Iklim  Organisasi
IKLIM adalah sebuah kiasan yang menggambarkan suasana dan apa yang dirasakan nyata dalam diri dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi sehingga memungkinkan orang bereaksi dengan bermacam-macam cara terhadap organisasi melalui proses komunikasi
Simamora (2001, dalam Kusnan 2004), disebutkan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisai. Dukon (1972) sebagaimana dikutip oleh Kusnan (2004), mencirikan iklim sebagai keseluruhan factor-faktor fisik dan social yang terdapat dalam organisasi.
Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus  pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu set karateristik atau sifat organisasi. Kemudian dikemukakan oleh Luthans (Simamora, 2004) disebutkan bahwa iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan.


E.      Aspek-Aspek Iklim Organisasi
Stringer (Wirawan, 2007) menyebutkan bahwa karakteristik atau dimensi iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia juga mengatakan enam dimensi yang diperlukan, yaitu:
  1. Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.
  2. Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.
  3. Tanggung jawab. Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.
  4. Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.
  5. Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja yang lain.
F.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim
menurut Higgins (1994;477-478) ada 4 prinsip faktor yang mempengaruhi Iklim:

Ø  Meneger/pemimpin
Ø  Perilaku kariawan
Ø  Perilaku kelompok kerja
Ø  Faktor eksternal organisasi

G.      Keterkaitan  antara Iklim Organisasi dan Budaya Organisasi
jika suatu organisasi memiliki ciri-ciri iklim yang sesuai dengan budaya, maka iklim yang terbentuk akan kondusif. Pada umumnya, iklim organisasi bersifat teknis atau sementara, sedangkan budaya Organisasi lebih kekal dan  strategis.


 

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø  Berdasarkan  beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia yang mencakup pikiran, ucapan, tindakan  dan bergantung pada kapasitas manusia untuk belajar bagi keberhasilan generasi yang ada dan merupakan suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal.

Ø  Organisasi pada hakekatnya merupakan wadah atau tempat yang menampung individu-individu dalam proses kegiatan kerjasama yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang, secara terpadu dan sistematis dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditentukan

Ø  Iklim adalah  suasana, keadaan waktu, peristiwa dan apa yang dirasakan nyata dalam diri dari orang-orang yang berhubungan dengan organisasi sehingga memungkinkan orang bereaksi dengan bermacam-macam cara terhadap organisasi melalui proses komunikasi

Ø  iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisai  dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus  pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi dan merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu set karateristik atau sifat organisasi.


Daftar Pustaka
Ø  Suseno, F.M. 1991.  Etika Jawa. Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta. PT Gramedia.
Ø  Turner, C.H. 1994. Corporate Culture: How to Generate Organisational Strength and Lasting Commercial Advantage. London. Piatkus.
Ø  Watson, C. M. 1996. Dynamics of Leadership. Bombay. Jaico Publ. House.  

BERMAIN RAMALAN




Cara Bermain:

Huruf akan digaris bawahi atau dihilangkan jika sama dengan huruf yang terdapat pada kata BELSEHI. Contoh Benyamin. Sisa huruf yang tidak digaris bawahilah yang di hitung. Dan diberi nilai (0),Jika genap dan (1), jika ganjil. 

Jika pada huruf pertama dari nama pertama dalah ‘B’ langsung diberi nilai (10., B1). Contoh Benyamin ’10.,B1’ dan (11.,B2), jika huruf pertama dari nama kedua atau ketiga ‘B’ Mira Berst (11.,B2) 

Cara main : Maklon Tube, jadinya Makon Tu, karena huruf l, b dan e, terdapat juga pada kata BELSEHI maka di garis atau dihapus. Maka nilainya ‘10’. Mengapa 10? Karena sisa huruf yang tidak digaris pada kata pertama berjumlah ganjil, diberi nilai (1). Sedangkan sisa huruf yang tidak digaris pada nama kedua berjumlah genap, maka diberi nilai (o). Apa yang disampaikan pada kata no.10 diatas? Ayo buktikan tetapi Jaganlah kamu terlalu percaya dengan ramalan ini, dan pikirkan dahulu dan buktikanlah kebenaran yang sesungguhnya. Sebab belum tentu kamu sama seperti apa yang tertulis pada kalimat ini..,.,. SELAMAT MENCOBA,.,.,. SEMOGA hasilnya MEMUASKAN.,.,.

11 = Sering lamun, suka senyum dan tawa, tetapi selalu minder, pandai mencari sahabat,kadang-kadang suka bersikap ane, setia dan selalu patuh pada orang tua, bersikap terbuka tapi cepat tersinggung, suka menolong, dan tidak pendendam dan selalu peduli pada orang yang lema dan berpenampilan sederhana.

11…B.2… huruf pertama dari nama kedua atau ketiga adalah ‘B’.,.,.Cerewet,tidak sabar, kadang sulit dalam bersosialisasi, kadang-kadang suka boros tapi selalu menyesal, tidak suka di puji, cepat tersinggung tapi suka bercanda.dan sangat berambisi untuk menjadi orang yang sukses.

10 = pendiam, berperilaku sopan, pandai bergaul,
baik hati, pandai menyimpan rahasia dan selalu terbuka pada orang tua, tapi kadang cuwek dan malas.

10..B.1…huruf pertama dari nama pertama adalah ‘B’,.,.Selalu berbagi jika punya sedikit rezeki, pandai bergaul tapi kadang-kadang suka bohong, pandai merayu, suka senyum tapi cepat marah dan tidak sabar.

01 =suka senyum, pandai mencari sahabat, selalu berjuang sekalipun banyak rintangan, peduli pada orang yang sedih sekalipun dirinya cengeng, pandai mengatur uang tapi kadang-kadang sering boros

00 = Selalu terbuka pada orang tua, peduli pada orang yang lemah suka menolong dan suka memberi tapi tinggi diri dan tidak sabar

Rabu, 23 Maret 2011

BUDAYA SAHU
A. Latar Belakang
Suku Sahu adalah salah satu suku yang berada di kepulawan Halmahera. Tepatnya di Halmahera Barat.
Halmahera Barat dihuni oleh penduduk yang beraneka ragam suku/etnis yang cukup tinggi. Suku-suku ini terbagi menjadi dua, yaitu suku asli dan suku pendatang. Suku asli di daerah ini adalah suku Sahu, Suku Ternate, suku Wayoli, suku Gorap, suku Loloda dan suku Gamkonora, sementara suku pendatang antara lain suku Sangier, suku Makian, suku Ambon, suku Tidore, suku Jawa dan suku Gorontalo. Dengan Kondisi tersebut memberikan Kosentrasi pada keragaman bahasa, adat istiadat dan tradisi masyarakat di kabupaten paling barat pulau Halmahera ini.
Pada umumnya, suku-suku yang berada di kepulauan Maluku Utara ini, berperilaku kasar terutama dalam komunikasi. Sehingga sekalipun mereka tidak marah ataupun emosi yang berlebihan, tetapi dipandang seram dan menakutkan oleh orang-orang yang belum terbiasa.
Kebanyakan suku-suku yang berada di kepulawan Halmahera Barat ini, dalam berkomunikasi, kurang memperhatikan perasaan orang lain dan tidak kuat dalam menjaga rahasia, sehingga kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan, secara tidak sadar semuanya itu diungkapkan dalam suatu komunikasi. Selain itu, mereka juga tidak segan-segan untuk mengungkapkan emosi atau perasaan kepada seseorang yang mungkin mereka marah dan atau tidak suka, hal ini disebabkan karena kebiasaan mereka yang lebih berterus-terang dari pada menyimpan rasa. Kebanyakan dalam menyelesaikan suatu masalah cenderung mereka mengandalkan fisik, namun yang menarik adalah suku-suku ini cenderung tidak pendendam.

B. Batasan Penulisan
Penulisan Makalah ini, penulis membatasi dan lebih fokus pada kebudayaan atau buadaya Sahu
C. Tujuan:
 
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka didalam makalah ini, ada beberpa hal yang akan dibahas. Diantaranya sebagai berikut;
- Hubungannya dengan sesama (satu suku)
- Hubungannya dengan suku lain.
- Bahasa yang digunakan
- Aktivitas keseharian lainnya.

 
PEMBAHASAN
A. Hubungan dengan Sesama (Satu Suku)
 
Pada umumnya kecenderungan orang suku sahu dalam berkomunikasi tidak ada bahasa yang dipakai sebagai pembeda dalam menjalin hubungan antar pribadi, baik itu dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih muda, dengan orang yang lebih tua ataupun kepada orang tua mereka sekalipun. Namun yang lebih ditekankan adalah nada/tekanan bahasa atau suara dalam hubungan komunikasi, kecuali mereka yang beragama Muslim. Orang suku Sahu yang beragama muslim, sangat terikat dengan aturan-aturan yang dibuat oleh Sultan. Sehingga keteka mereka dipanggil, atau diperinta, mereka akan menjawab dengan kata ‘saya’ yang menunjukan bahwa mereka itu sangat rendah dimata Sultan atau kepada orang yang menyapa mereka atau memerintah mereka.
1. Komunikasi dengan teman sebaya
Dalam pergaulan sehari-hari, khususnya anak, remaja dan pemuda, cenderung akrab sehingga mereka sering menggunakan bahasa yang ane yang tidak patut diperdengarkan. Cacimaki antar sesama suku sahu, dalam pergaulan sehari-hari terutama pergaulan dengan teman sebaya, menjadi hal yang biasa-biasa saja. Bahkan dalam menyapa sekalipun mereka sering menggantikan nama orang yang mereka sapa dengan mengunakan Nama Tuhan dan atau nama kelamin dari orang yang mereka sapa ( Tuhan Allah, Bapa pung ana, dll). Tetapi apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, kata-kata kotor sangat diharamkan untuk dikelurkan.
Dalam komunikasi dengan sesama suku, ada beberapa hal yang tidak bisa di sebutkan. Seperti nama kaka ipar, nama mertua, nama menantu dan nama orang tua.

2. Komunikasi dengan Orang yang lebih Tua
Dalam menjalin komunikasi dengan orang yang lebih tua, orang yang muda harus lebih sering menatap wajah orang yang lebih tua sebagai tanda bahwa ia mendengar dan mengahargai apa yang sedang dibicarakan oleh orang tua. Anak muda tidak diperbolehkan sama sekali untuk berbicara sebelum orang tua selesai berbicara.
Pada lain sisi, remaja dan pemuda dilarang berkomunikasi dengan orang tua, kecuali orang tua yang pertama kali membuka proses komunikasi tersebut. Jika remaja yang lebih dulu membuka atau memulai suatu komuikasi, maka remaja tersebut dianggap tidak sopan, sebab orang yang lebih tua dianggap sebagai penguasa otoriter. Sehingga kesempatan untuk remaja dan anak muda untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua tidak terlalu baik, kecuali dengan orang tua mereka sendiri.
Remaja atau anak muda tidak boleh menggunakan tangan untuk menunjuk waja orang tua dalam berkomunnikasi. Jika hal ini dilakukan oleh remaja atau orang tua, anak tersubut akan dianggap durhaka dan atau tidak tau diri. Sebab simbol dari gerakan tubuh tersebut menunjukan bahwa orang yang ditunjuk jari adalah orang terhina yang lebih terhina dari yang terhina.
 
3. Komunikasi dengan Lawan jenis
Dalam berkomunikasi dengan lawan jenis, seorang lelaki cenderung lebih terbuka daripada perempuan. Kerena perempuan meresa terancam jika rahasianya diketahui oleh orang lain. dalam hubungan komunikasi dengan lawan jenis, lelaki cenderung lebih berhati-hati sehingga menggunakan bahasa dan atau nada suara yang tidak membuat perempuan menjadi marah dan atau tersinggung. Perempuan cenderung cerobo dalam berkomunikasi tanpa mempedulikan perasaan lelaki. Namun lelaki lebih banyak mengalah dari pada harus mempertahankan apa yang diyakini benar.
Ketika terjadi suatu persoalan atau masalah antar lawan jenis, entah itu lelaki yang duluan buat salah, ataukah itu perempuan yang duluan buat salah, biasanya yang paling sering minta maaf adalah perempuan. Lelaki pada umumnya merasa gengsi jika minta maaf dengan seorang perempuan.
Perempuan pada umumnya penurut namun dalam suatu persoalan perempuan biasanya tidak mau kalah (tidak mau mengalah) sehingga lelakilah yang harus mengalah. Setelah keadaan mulai tenang baru perempuan mulai minta maaf.

B. Hubungan dengan Suku Lain
Dalam menjalin hubungan dengan suku lain, biasanya suku sahu menanamkan prasangka buruk terlebih dahulu kepada orang yang sedang menjalin hubungan komunnikasi tersebut, kecuali orang tersebut sudah dikenal dekat. Sehingga orang suku sahu sering mencoba-coba dan atau mengamati gerak-gerik dari orang yang baru mereka kenal, sekalipun orang tersebut adalah bahagian dari keluarga mereka.
Dalam komunikasi dengan suku lain, suku sahu cenderung berhati-hati dan kurangnya keterbukaan. Komunikasi akan dapat berjalan dengan baik apa bila hubungannya sudah semakin dekat.
Biasanya orang yang baru datang dan belum dikenal, akan dibawa untuk menghadap kepala desa (wajib lapor). Kecuali para undangan dan atau pemerintah yang sedang menjalani tugasmaksudnya untuk mencari tau apa maksud kedatangannya, berapa lama berada di desa tersebut, kemudian mau nginap dimana.
Apabila hubungannya sudah semakin dekat, bisanya suku Sahu akan mengistmewakan orang tersebut, sehingga ketika kedatangan untuk yangberikutnya, suku sahu akan membantunya dalam menghadapi kesulitan, seperti tempat nginap, dan atau makanan. Selain itu suku sahu akan menganggapnya sebagai bahagian dalam keluarga suku sahu.
Dalam menjalin hubungan komunikasi dengan suku lain, suku biasanya kurang Humeris, dan terkesan sangat serius. Selain itu juga suku sahu sangat benci dengan orang yang perna berbohong. Dan biasanya orang yang perna berbohong itu, ada diberi label atau tanda, sehingga, sekalipun orang tersebut berusaha untuk merubah dirinya untuk menjadi baik, tetapi rasa kepercayaan sudah tidak menjanjikan sekali.
Pada umumnya suku sahu sangat menghargai seorang Pendeta, Pendeta seakan-akan dianggap sebagai raja, tetapi apabila Pendeta tersebut perna berbohong, suku sahu tidak segan-segan untuk usir keluar dari daerah itu.
Satu hal yang perlu dijaga dalam menjalin hubungan komunikasi dengan suku sahu adalah jangan berbohong, jangan sombong dan atau meninggikan diri. Bagi suku Sahu, pembohong adalah musuh terbesar, apalagi sombong dan suka meninggikan diri. Biasanya orang yang suka meninggikan diri, hidupnya tidak lama (cepat meninggal).
 
C. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi suku Sahu ada empat bahasa, yaitu Bahasa Sahu Tala’i, bahasa Sahu Padus’ua, bahasa Anak-anak, dan bahasa Indonesia.
Dari keempat bahasa tersebut, dapat digunakan dalam setiap komusikasi baik itu kepada teman sebaya, orang yang lebih tua, dan kepada suku lain biasanya suku Sahu mengunakan bahasa Indonesi.
Bahasa ibu atau bahasa daerah suku Sahu akhir-akhir ini sudah mulai berkurang (hamper tidak didengar lagi) seiring dengan berkembangnya zaman. Remaja dan anak muda cenderung malu dan atau gengsi untuk menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. Karena akan dianggap kuno oleh teman-teman yang lain, sehingga minat untuk tau dan mau belajarpun hilang.

D. Aktifitas Keseharian Lainnya
Suku Sahu pada sebagian orang masi percaya kepada roh-roh para leluhur sebagai penolong dan ada juga yang tidak lagi mengakui dengan adanya roh-roh leluhur yang dianggap dapat menolong kesusahan mereka.
Kebiasaan suku sahu dalam kesehariannya adalah berkelompok. Sehingga hubungan komunikasi dalam satu suku sangatlah baik.
Mereka cenderung melakukan suatu aktivitas atau kegiatan secara bersama-sama, namun dalam kelompok tersebut, biasanya selalu terdapat oknum teroris yang berperan sebagai penghancur dalam kelompok.
Aktivitas yang sering mereka lakukan adalah membuat kebun bersama, berburuh dihutan bersama, mincing ikan bersama dan biasanya remaja sering nongkrong bersama.
Pada usia empat belas (14) tahun keatas, baik lelaki maupun perempuan, sudah didik untuk mandiri dan berusaha untuk mengatur dirinya sendiri, kecuali anak pegawai. Sehingga anak seusia itu cenderung membentuk kelompok-kelompok kerja.
Sekalipun semangatnya suku Sahu lebih banyak terarah pada bidang pekerjaan, tetapi semangat untuk terus sekkolah tidak mudah hiling. Namun yang sangat disayangka adalah kondisi lingkungan yang tidak mendukung dengan kemauan anak remaja dan pemuda untuk sekolah. Sehingga anak yang tetap lanjut sekolah itu muncul dari kesadaran orang itu sendiri.
Suku Sahu senang dengan kegiatan hura-hura, seperti pesta perkawinan, pesta adat dll. Biasanya Pesta perkawinan hanya dapat dilakukan bagi mereka yang mempunyai banyak uang, tetapi jika tidak, maka perkawinannya dilakukan sesederhana mungkin (ibadah syukur biasa) kemudian diakhiri dengan makan-makan.

Keterangan; Tulisan ini dibuat hanya untuk memenuhi tugas matakaliah, Komunikasi Antar Pribadi, sehingga apabila ada kesalahan saya berharap ada kritik maupun saran untuk perbaikan terima kasih




Sumber:

> http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Ternate
> http://ternate.wordpress.com/